Bandung, BBPOS – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung meminta Pemerintah Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung, dan Cimahi melakukan mitigasi kebencanaan menghadapi potensi kegempaan dari Sesar Lembang.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Bandung Rasmid, berharap pemerintah menyikapi potensi bencana itu dengan memperkuat upaya mitigasi bencana gempa sesar Lembang.
“Pemerintah daerah tentu harus waspada. Secara garis besar bisa melakukan mitigasi struktural dan non struktural,” ujar Rasmid, Selasa (26/1/2021).
Menurutnya, meskipun belum bisa diprediksi kapan terjadinya dan berapa besar getaran yang akan ditimbulkan dari aktivitas Sesar Lembang, namun hal tersebut dipastikan bakal terjadi.
“Misalnya pemerintah setempat mengawasi pembangunan di daerah Lembang karena beberapa objek vital ada di garis Sesar Lembang,” kata dia.
Ia menambahkan, pemerintah diharapka dapat mengeluarkan regulasi terkait tata ruang. Seperti peringatan tidak memperbolehkan ada bangunan di sepanjang garis sesar lembang.
“Regulasi tidak boleh ada permukiman dan perkantoran di sisi kiri dan kanan dengan jarak berkisar 100 meter sampai 500 meter dari garis sesar. Karena ketika sulit memindahkan bangunan yang sudah jadi, tentu bisa memberi peringatan pada bangunan-bangunan yang baru akan dibangun,” tegasnya.
Sedangkan mitigasi non struktural bisa dilakukan pemerintah dengan menyosialisasikan dan mengedukasi masyarakat soal potensi ancaman Sesar Lembang.
“Dengan memasifkan sosialisasi dan edukasi pada masyarakat. Misalnya bagaimana menempatkan peralatan rumah tangga sehingga tidak jatuh dan membahayakan penghuni saat terjadi gempabumi. Itu jadi upaya meminimalisir risiko korban jiwa,” tegasnya.
Sesar Lembang sendiri lanjut Rasmid membentang sepanjang 29 kilometer dari titik sesar yang paling terlihat yakni di Gunung Batu Lembang. Garis sesar kemudian membentang ke wilayah Ngamprah, melewati Cisarua, Parongpong, hingga Padalarang.
Sejak tahun 2012 hingga saat ini belum ada aktivitas gempabumi dari Sesar Lembang yang tercatat melalui seismograf BMKG.
“Periode 2010-2012 itu ada 14 kali gempabumi dengan magnitudo kecil, hanya 1,2 sampai 3,3. Paling besar dirasakan itu tahun 2011 di Kampung Muril, Desa Jambudipa, KBB dan ada retakan.pada rumah warga. Setelah itu, dari 2012 sampai sekarang tidak ada berdasarkan jaringan seismograf,” jelasnya