CIMAHI,BBPOS- Indonesia Emas pada tahun 2045 bertepatan dengan 100 tahun Indonesia. Visi tersebut dirumuskan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional dan diluncurkan oleh Presiden Indonesia Joko Widodo pada tanggal 9 Mei 2019.
Visi tersebut Kembali dikuatkan oleh Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, yakni “Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045”, yang diwujudkan dalam delapan misi pembangunan yang disebut Asta Cita. Dalam Majalah Jendela terbitan Kemendikdasmen edisi November 2024 , Presiden Prabowo Subianto menyebutkan bahwa pendidikan merupakan elemen penting dalam menghadapi tantangan global di masa depan, dan Pemerintah berkomitmen memperkuat pendidikan melalui visi misi Asta Cita poin keempat, yang menekankan pembangunan sumber daya manusia (SDM), sains, teknologi, pendidikan, kesehatan, prestasi olahraga, kesetaraan gender, serta penguatan peran perempuan, pemuda, dan penyandang disabilitas.
Berdasarkan hal tersebut, Kemendikdasmen memiliki 6 langkah strategis untuk mendukung Pendidikan bermutu untuk semua yaitu: Penguatan Pendidikan karakter, wajib belajar 13 tahun dan pemerataan Pendidikan; Peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kesejahteraan guru, penguatan Pendidikan unggul, literasi, numerasi dan sains teknologi, pemenuhan dan perbaikan sarana dan prasarana Pendidikan, Pembangunan Bahasa dan sastra.
Salah satu yang memiliki peran strategis dalam mendukung penguatan Pendidikan unggul, literasi, numerasi dan sains teknologi adalah pembelajaran matematika. Transformasi pembelajaran matematika menjadi sebuah keharusan untuk mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga adaptif, bernalar kritis, dan berakhlak mulia. Seperti yang kita ketahui Bersama, Matematika adalah dasar dari banyak disiplin ilmu dan keterampilan abad ke-21. Dalam laporan OECD pada tahun 2019, disebutkan bahwa pendidikan masa depan harus menumbuhkan kompetensi untuk menyelesaikan masalah kompleks, berpikir sistemik, serta mengambil keputusan berdasarkan data dan logika. Dan tentu semua kemampuan ini dibentuk melalui pembelajaran matematika yang bermakna.
Hal tersebut dibahas kembali oleh OECD dalam Learning Compas 2030 secara eksplisit maupun implisit mengungkapkan peran penting matematika dalam melatih kemampuan Berpikir logis dan kritis melalui reasoning dan critical thinking. Pemecahan masalah melalui integrasi knowledge dan procedural skill, Pemodelan dan interpretasi data melalui numerasi dan data literacy, dan Ketelitian dan keuletan melalui refleksi dan kegigihan dalam pemecahan masalah.
Agar matematika berkontribusi signifikan terhadap Indonesia Emas 2045, pendekatan pembelajaran konvensional yang mekanistik dan prosedural perlu diubah.
Beberapa strategi yang terdapat dalam Learning Compas 2030 transformasi pembelajaran tersebut antara lain:
1. Student Agency (Kemandirian Belajar) bisa dilaksanakan dengan aktivitas proyek berbasis minat, jurnal refleksi dan pembuatan rencana belajar individu.
2. Anticipation Action Reflection (AAR) Cycle atau pembelajaran yang merupakan siklus berulang yang dpat dilaksanakan dengan aktivitas studi kasus yang berkaitan dengan permasalahan kontekstual, simulasi dan eksperimen sosial, serta refleksi terstuktur setelah proyek.
3. Pembelajaran kontekstual dan relevan, problem based learning sebagai contoh aktivitas menggunakan matematika dalam menganalisis data pemilu.
4. Kurikulum yang fleksibel dan Non-Linear, sebagai contoh aktivitas yaitu portofolio pembelajaran digital, pilihan modul ajar yang disesuaikan dengan minat dan kesiapan peserta didik, dan penilaian berbasis proyek.
5. Penguatan keterampilan sosial dan emosional, dimana Pendidikan tidak hanya berfokus pada akademik, tetapi juga well-being dan hubungan antar individu.
Transformasi pembelajaran matematika bukan sekadar inovasi teknis dalam ruang kelas, tetapi merupakan investasi strategis dalam menyiapkan generasi unggul Indonesia 2045. Matematika yang diajarkan dengan pendekatan bermakna, kontekstual, dan humanistik akan melahirkan peserta didik yang tidak hanya pandai menghitung, tetapi juga mampu berpikir kritis, bertindak bijak, dan membangun masa depan bangsa.