• Login
  • Register
Bandung Barat Pos
  • Info KBB
  • Sosial
  • Politik
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Opini
  • Hukum & Kriminal
  • Nasional
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Seputar Desa
No Result
View All Result
  • Info KBB
  • Sosial
  • Politik
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Opini
  • Hukum & Kriminal
  • Nasional
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Seputar Desa
No Result
View All Result
Tulis
Bandung Barat Pos
No Result
View All Result
  • Info KBB
  • Sosial
  • Politik
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Opini
  • Hukum & Kriminal
  • Nasional
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Seputar Desa

100 Hari Kepemimpinan Jeje–Asep: Cahaya Mentari di Pagi Hari

Oleh: ASEP WAHYU FS (Pemerhati Sosial Politik dan Pemerintahan Lokal)

by Fitria Aulia
2 Juni 2025
in Headline, Info KBB, Opini
Reading Time: 3 mins read
0
100 Hari Kepemimpinan Jeje–Asep: Cahaya Mentari di Pagi Hari
0
SHARES
5
VIEWS
Share on FacebookShare on Whatsapp

NGAMPRAH,BBPOS- SERATUS hari pertama dalam kepemimpinan selalu penuh simbol. Ia belum cukup untuk membangun segalanya, tapi cukup untuk menunjukkan niat, arah, dan etos kerja seorang pemimpin. Dalam konteks Kabupaten Bandung Barat (KBB), seratus hari pertama duet Jeje Ritchi Ismail dan Asep Ismail -sering juga disebut “Duo Ismail- mungkin belum menjawab seluruh persoalan daerah. Tapi ia telah menyalakan cahaya: semacam mentari yang baru terbit di ufuk timur.
Sejak dilantik, pasangan Jeje–Asep tampil dengan semangat rekonsiliasi dan restorasi. Ini penting, mengingat KBB cukup lama diselimuti kabut politik transaksional dan kasus hukum yang menjerat beberapa pemimpinnya. Masyarakat sempat kehilangan arah, pesimis, bahkan apatis terhadap pemerintah daerah. Maka, ketika Jeje–Asep datang dengan semangat kerja kolaboratif dan tata kelola yang bersih, ada harapan baru yang menyelinap ke ruang-ruang publik.

Birokrasi yang Mendengar dan Bergerak

Salah satu langkah awal yang menonjol dari kepemimpinan ini adalah keterbukaan komunikasi. Jeje dan Asep tidak membangun tembok birokrasi yang kaku, tetapi membuka kanal komunikasi dua arah, baik melalui media sosial (terutama) maupun forum-forum tatap muka. Aktivitas turun ke Desa atau ke lokasi bencana Program menjadi contoh: pemimpin turun langsung ke desa-desa, mendengar keluhan tanpa protokol yang membatasi. Ini bukan hal baru, tapi menjadi langkah penting ketika jarak antara pemimpin dan rakyat sempat tersekat.

Di bidang pelayanan publik, Pasangan Jeje- Asep mendorong reformasi birokrasi dengan harapan terwujudnya “Pelayanan Tanpa Sekat”. Konsepnya sederhana: memotong prosedur berbelit dan mempercepat layanan yang bersentuhan langsung dengan kepentingan rakyat. Meskipun implementasinya masih bertahap, sinyal yang dikirim cukup jelas—pelayanan publik harus ramah, cepat, dan tidak diskriminatif.

Ekonomi Rakyat sebagai Prioritas

Pasangan ini juga menunjukkan keberpihakan awal pada sektor ekonomi rakyat, terutama pelaku UMKM. Dengan begitu cepat mendorong membentukan Kopdes Merah Putih di setiap Desa yang hampir 100% terbentuk menunjukkan komitmen yang kuat terhadap ekonomi dan pemberdayaan rakyat. Dengan aktivitas ini diharapkan dapat mendongkrak eksistensi UMKM dengan slogan UMKM AMANAH yang Istimewa sebagai bentuk konkret dari upaya pemulihan ekonomi pascapandemi. Tentu saja akan ditopang dengan pelatihan, bantuan pemasaran digital, hingga akses permodalan untuk pelaku usaha kecil. Tentu ini tidak akan mampu menjangkau seluruh entitas tapi paling tidak menunjukkan bahwa semangat dan asa bahwa pemerintah tidak akan hanya berpikir dari sisi proyek saja, tetapi mulai dari dapur warga. Disamping itu pembenahan infrastruktur perekonomian -terutama jalan-mulai diperhatikan terutama jalan yang sangat rusak parah. Walaupun pada akhirnya memaksa untuk menggeser prioritas alokasi bersamaan dengan “tragedi” efesiensi.

Namun, tentu tak semua berjalan sempurna. Kritik tetap ada. Beberapa pihak mempertanyakan sejauh mana program-program itu menyentuh akar persoalan atau hanya bersifat kosmetik seratus hari. Sejumlah aktivis juga mencatat bahwa transparansi dalam pengadaan dan evaluasi program belum sepenuhnya terbuka.

Antara Simbol dan Substansi

Harus diakui, 100 hari adalah waktu yang sangat pendek untuk menilai kepemimpinan secara utuh. Namun, ia bukan waktu yang kosong. Seratus hari adalah jendela awal untuk membaca karakter pemimpin: apakah mereka pekerja diam-diam, pemburu pencitraan, atau benar-benar reformis.
pasangan Jeje–Asep, dalam banyak hal, tampil sebagai pemimpin yang sadar akan pentingnya simbol, tapi juga mulai menyusun substansi. Mereka tidak hanya berbicara perubahan, tetapi mulai menanam benihnya, meskipun ladang yang mereka warisi tidak selalu subur.
Kini, masyarakat Bandung Barat tidak sekadar menunggu program-program baru yang subtansif dan real menjawab tantangan dan harapan rakyat KBB, tetapi mengamati: apakah duet ini mampu menjaga ritme kerja, konsistensi kebijakan, dan keberanian menghadapi tantangan struktural yang lebih kompleks? Seperti bagaimana mereka akan menghadapi disparitas antarwilayah -terutama infrastruktur jalan dan rumah tidak layak huni, memperkecil angka prevalensi stunting, menurunkan angka kemiskinan, membuka lapangan kerja baru, memperkecil pengangguran terbuka, memperkuat pendidikan terutama angka RLS yang madih belum menyentuh 8 tahun,dan kesehatan dasar lainnya, atau meningkatkan PAD dalam kondisi menurunnya angka kunjungan wisata dan okupansi hotel sebagai dampak efesiensi dan larangan studi tour gubernur Jabar?

Menjaga Cahaya agar Tak Redup

Harapan boleh tinggi, tapi kewaspadaan tetap perlu. Kita belajar dari banyak pengalaman daerah lain—bahwa pemimpin yang bersinar di awal belum tentu terang di akhir. Banyak yang mulai sebagai lilin perubahan, namun kemudian padam dalam angin politik, godaan korupsi, atau jebakan populisme murahan.

Jeje–Asep sudah memulai pagi yang cerah. Tapi masyarakat Bandung Barat tidak hanya butuh pagi yang indah. Mereka menunggu siang yang produktif dan senja yang tak menyisakan luka. Cahaya yang benar-benar membawa kehidupan, bukan sekadar sinar yang memantul di permukaan.(Celoteh dari Bukit Nuansa, juni 2025)

Tags: #kabupaten bandung barat#pemda bandung barat100 Hari kerja Bupati kbbAsep wahyu
Previous Post

Jelang Idul Adha, Para Juleha KBB Dibekali Ilmu dari Pakarnya

Next Post

Transformasi Pembelajaran Matematika Menuju Generasi Unggul 2045

Fitria Aulia

Next Post
Transformasi Pembelajaran Matematika Menuju Generasi Unggul 2045

Transformasi Pembelajaran Matematika Menuju Generasi Unggul 2045

Please login to join discussion
Facebook Twitter Instagram Youtube

© PT. Bandung Barat Media | Bandung Barat Pos

No Result
View All Result
  • .
  • Home
  • Tentang Kami

© PT. Bandung Barat Media | Bandung Barat Pos

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In