NGAMPRAH, BBPOS,-Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) Kabupaten Bandung Barat (KBB) mencatat, 4.679 ekor sapi mati akibat penyakit mulut dan kuku (PMK).
Kepala Dispernakan KBB, Undang Husni Thamrin merinci, dari 4.679 ekor, diantaranya 1.916 ekor mati mendadak di kandang, 2.763 ekor mati dengan dipotong paksa.
“Menginjak di angka 4.679 ekor itu jumlah kematian, dan memang jumlah itu paling banyak se-Indonesia,” ungkap Undang, Kamis (2/2/2023).
Menurutnya, jumlah kematian sapi perah akibat PMK tercatat menjadi yang terbanyak, dengan sapi perah yang lebih dominan.
“Bukan artinya Bandung Barat dengan populasi terbanyak, yang terbanyak itu jumlah kematiannya,” katanya.
Imbas dari banyaknya jumlah kematian dan sapi yang terpapar PMK, produksi susu dari kandang-kandang para peternak sapi perah menyusut drastis.
“Kerugian paling parah bagi peternak ya kematian sapi. Selain itu produksi susu juga terganggu,” ujar Undang.
“Susu dari sapi yang terpapar PMK menyusut drastis. Dari yang normal bisa 25 liter, pas kena PMK cuma 5 liter. Adapun yang sudah sembuh dari PMK juga gak bisa menghasilkan susu seperti normal sebelumnya,” imbuhnya.
Menurut Undang, banyaknya angka kematian sapi ini dipicu oleh jarak antar kandang yang berdekatan. Sehingga virus bisa menular ke sapi lainnya dengan waktu yang cepat.
“Populasi di kita memang bukan yang terbanyak. Tapi kandangnya saling berdekatan. Maka virusnya dengan cepat bisa menularkan. Yang terpaparnya banyak,” ucap Undang.
Sebagai upaya pencegahan, Dispernakan Bandung Barat menyiapkan vitamin dan memasifkan penyuntikan vaksin booster PMK.
“Makannya pemerintah bantu support dengan mengadakan bantuan pakan dan vitamin. Stok vaksin booster kita juga melimpah,” tutupnya.