Ada sebuah bukit di Desa Baranangsiang Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat (KBB), yang bisa dipakai untuk berkemah. Bukit tersebut, tidak terlalu jauh dari Jalan Raya Cipongkor- Bendungan Saguling. Kurang lebih, 200 meter dari jalan raya.
Bukit itu, tidak terlalu luas. Namun memiliki pemandangan yang cukup eksotis. Hamparan rumput yang menghijau, sekitar pinggirnya dikelilingi rimbun pepohonan. Betapa nyaman untuk sekedar duduk-duduk menikmati pemandangan di bawahnya. Bendungan Waduk Saguling, tepat berada di seberang sebelah bawah bukit itu.
Selepas mata memandang, nun jauh di sana dalam kesamaran mata terlihat pegunungan. Makin menambah keelokan sekitar bukit tersebut. Warga setempat menamakan, bukit itu Pasir Lentud.
Bagi warga setempat, nama Pasir Lentud yang berada di RW 02 ini sudah tidak asing lagi. Karena tempat tersebut cukup favorit, untuk sekedar melepas lelah. Terutama bagi pasangan yang tengah dimabuk asmara, tempat tersebut terkadang sering dipergunakan tempat asusila.
Nama Pasir Lentud sendiri, entah diambil dari historis mana. Namun bagi kalangan tertentu, nama itu dipandang kurang pas. Konotasinya (dalam Bahasa Sunda), cenderung berbau pornograpi. “Rasanya kurang populer juga, kalau nanti tempat ini kita jadikan bumi perkemahan (Buper). Masa, tempat seelok ini dinamakan Pasir Lentud,” tutur Ketua Kwarcab Gerakan Pramuka KBB Aseng Djunaedi, Kamis (28/2/19), disela-sela menikmati keindahan tempat tersebut.
Aseng yang mengincar Pasir Lentud untuk dijadikan Buper tersebut kemudian mengeluarkan gagasannya agar mengganti namanya menjadi Buper IP Saguling. Nama itu menurutnya, cukup tepat. Lebih populer dan cukup komersil.
Sebutan Buper IP Saguling, ternyata mendapat sambutan positif dari Manajemen PT Indonesia Power (IP) yang diwakili Supervisor Senior Bidang Lahan IP Amin Alimin. Terlebih konsep yang diajukan Kwarcab Gerakan Pramuka KBB untuk membuka lahan tersebut, cukup rasional.
“Kita akan sulap tempat ini menjadi lebih bagus. Karena potensinya cukup mendukung. Kalau dibandingkan dengan Buper Kiara Payung (Jatinangor Kabupaten Sumedang), viewnya lebih bagus ini. Cuma kalah luasnya saja,” tutur Aseng.
Konsep yang ia ajukan untuk pengelolaan ke PT Indonesia Power sebagai pemilik lahannya, selain untuk perkemahan juga di situ bisa dilengkapi fasilitas lainnya. Menurutnya di Buper IP Saguling bisa dibuatkan tempat wisata outbound, sehingga buper ini bisa dijadikan obyek wisata alternative selain Bendungan Waduk Saguling.
Sementara ini, yang dibutuhkan sangat mendesak adalah MCK, instalasi listrik dan air. Kwarcab Pramuka menawarkan kerjasama untuk pengelolaannya, namun mengenai kelengkapan fasilitas diharapkan dari pihak PT Indonesia Power.
“Saya kira, untuk Sekretariat Kwarcab (Gerakan Pramuka KBB) juga bisa dibangun di sini. Soalnya aksesnya juga tidak terlalu sulit. Dari kantor Pemkab (Ngamprah) saja lewat Kotabaru Parahyangan Cuma satu jam-an,” ungkap Asisten Tata Pemerintahan Setda KBB ini.
Selain, menawarkan kerjasama pengelolaan buper tersebut, Kwarcab Gerakan Pramuka KBB juga siap bekerjasama melakukan penghijauan di sekitar lahan PT Indonesia Power. Aseng, akan mengerahkan anggota Pramuka KBB untuk menanam pohon yang bernilai ekonomi melalui program Pramuka Peduli Lingkungan (Pepeling). “Kita akan tanam pohon kayu, yang tidak terlalu lama besarnya. Jadi bisa ditebang dalam waktu dua atau tiga tahun,” terangnya.
Supervisor Senior Bidang Lahan IP Amin Alimin, yang mewakili General Manager (GM) PT Indonesia Power Buyung Aryanto menyambut baik tentang program pembangunan Buper IP Saguling. Karena selama ini, lahan tersebut tidak dikelola dengan baik sehingga sering disalahgunakan oknum-oknum tertentu.
“Kami atas nama perusahaan tentunya mengapresiasi kegiatan Pramuka KBB yang dikomandoi Kak Aseng ini. Termasuk kegiatan membuka buper di lahan IP dan program Pepeling,” ucap Amin Alimin yang kerap dipanggil Abah.
Dikatakan Abah, selama ini lahan yang diincar Kwarcab Gerakan Pramuka KBB ini, terkesan tak bertuan. Karena tidak dikelola sebagaimana mestinya, sejak tahun 1985 saat pembanguna Bendungan Waduk Saguling. Jika dibuka menjadi buper yang bernilai ekonomi, tentunya pihak PT Indonesia Power menyambutnya dengan baik. “Kita siap kerjasamakan pengelolaan lahan untuk buper ini melalui MoU. Namun MoU-nya harus dengan manajemen pusat. Sementara ini, pengelolaan lahan ini baru difokuskan sebatas 3 hektar untuk buper saja. Lahan semuanya sih ada 15 hektar,” terangnya. ***