Padalarang, BBPOS – Nenek Komariah (64), nenek renta di Kampung Cidadap RT02 RW12, Desa Padalarang, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, menghabiskan masa tuanya di rumah yang nyaris roboh.
Atap yang terbuat dari bambu terlihat tidak mampu lagi menahan beban genting di atasnya lantaran termakan usia. Tidak hanya itu, lantai yang menjadi menjadi pijakan pun masih beralaskan tanah.
“Dulu pernah dibantu oleh saudara, tapi sekarang rusak lagi semuanya,” terang nenek Komariah kepada wartawan di kediamannya, belum lama ini.
Kendati bangunan rumahnya nyaris ambruk, namun nenek Komariah beserta anak bungsunya masih bertahan di rumah warisan orang tuanya tersebut.
Alasannya, Nenek Komariah bingung harus tinggal dimana lagi. Rumah tersebut harta satu-satunya yang ia miliki. Terlebih, tulang punggung keluarganya yakni sang suami tak lagi mampu menafkahi keluarganya lantaran kondisi kesehatan yang tidak lagi memungkinkan.
“Suami tidak bekerja soalnya sudah tua. Penghasilan pun ga ada, untuk hari ini saja emak tidak megang uang untuk belanja,” imbuhnya.
Selain itu, kondisi kehidupannya diperparah oleh kesulitan mendapatkan air. Setiap hari, ia harus berjalan kurang lebih 5 kilometer untuk mendapatkan air bersih guna memenuhi keperluan sehari-hari.
Nenek Komariah, dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari hanya mengandalkan profesi sebagai buruh serabutan. Miris memang, dirinya nyaris tidak pernah tersentuh oleh bantuan sosial (bansos) yang didengungkan pemerintah.
Hingga saat ini kata dia, Program Keluarga Harapan (PKH) maupun Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) tidak pernah Nenek Komariah peroleh.
“Bantosan teu aya pisan, boro-boro bantosan. Nu aya ge ngan moto-moto hungkul. Kahoyong mah gaduh sumur, masalah bumi butut mah bae. Nu penting mah ema tiasa kanggo wudhu,” harapnya. (Wit)