Ngamprah, BBPOS – Anah (80), warga asal Kampung Pasir Saleum RW 15, Desa Bojongkoneng, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB) terpaksa harus tinggal di rumahnya yang nyaris ambruk akibat amblasnya tembok penahan tanah (TPT).
Di usia tuanya dengan kondisi fisik yang kerap sakit-sakitan, ibu satu anak ini tinggal di rumah tak layak huni berukuran 4×5 meter dan berdempetan dengan kandang kambing.
Kondisi dalam rumahnya lebih memprihatinkan dibandingkan bagian luarnya. Lantai beralaskan tanah, atap kerap bocor. Tak ayal, jika turun hujan, airnya masuk ke melalui sela-sela genting yang sudah rusak.
Aroma kambing pun tercium pekat, menusuk hidung, tak kala berada di dalam rumah. Meski membuat mual, bagi mereka aroma tersebut sudah bersahabat dengan penciumannya dan tak begitu dihiraukan.
Anah mengaku, sudah puluhan tahun tinggal di rumah itu bersama sang anak yang kini berusia (60). Sementara suami sudah lama pergi mendahului dipanggil sang maha khaliq.
Getir kehidupan Anah, rumah tak layak huni, harus juga ditimpa musibah. Sebab, dapur miliknya luluh lantah tak tersisa akibat TPT amblas pada April 2022 lalu, pukul 02.00 WIB.
Tak ingin pergi meninggalkan rumah, Anah memilih bertahan di tempat tinggalnya yang kini nyaris rubuh. Meski rasa takut itu kerap menghantuinya, ibu anak satu ini iklas jika dikemudikan hari rumahnya harus rubuh seluruhnya.
“Kejadiannya jam 2 subuh pas bulan puasa, nga-gebrug tarik. Mau gimana lagi, ini musibah untuk emak, iklas emak mah,” ujar Anah seraya tersenyum saat ditemui di kediamannya, Selasa (17/5).
Berfropesi sebagai buruh tani serabutan dengan upah per-hari Rp 30 ribu rupiah. Menurut Anah, pendapatan itu hanya cukup untuk biaya kehidupan sehari-hari.
“Pendapatan segitu hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari. Mungkin rumah gini aja nunggu sampai ambruk,” tuturnya.
Dia mengaku pasca ambruknya TPT yang merobohkan dapurnya, pihak Pemerintah Desa (Pemdes) Bojongkoneng datang melihat kondisi rumahnya. Namun hingga kini, bantuan yang pernah dijanjikan oleh Pemdes tak kunjung datang.
“Iya datang, bilangnya nanti aja Syawal dibenerinnya. Tapi sampai sekarang belum ada, jadinya mau gimana lagi memang mungkin harus begini kondisi rumah emak. Emak gakbisa memaksa kan kehendak,” pungkasnya.