Ikah (71), warga Kampung Suramanggala RT 8 RW 1 Desa Baranangsiang Kecamatan Cipongkor Kabupaten Bandung Barat (KBB) hanya berdiri mematung ketika rumah reyotnya mulai dibongkar tetangganya. Dari sudut dua matanya, ada tetesan bening membasahi wajah yang mulai keriput.
Tetesan air mata Ikah, yang kerap dipanggil Nek Ikah itu bukan air mata kesedihan. Namun air mata kebahagiaan karena rumah panggung (istilah rumah terbuat dari bamboo) yang dihuni bersama lima cucunya tersebut, akan diperbaiki menjadi rumah semi permanen.
“Tos lami rorompok teh, teu dilereskan. Da timana atuh artosna, batan sakieu kaayaan emak mah (sudah lama rumah, tidak diperbaiki. Darimana uangnya, karena segini keadaan emak),” ujarnya terbata-bata, ketika ditemui Bandung Baratpos.com Baru, disela-sela kegiatan Ngariksa Lembur Bupati Bandung Barat Aa Umbara Sutisna, beberapa waktu lalu.
Jangankah biaya memperbaiki rumah, untuk makan keseharianpun Ikah mengaku serba kekurangan. Meskipun dua cucunya telah bekerja, namun tidak cukup untuk menutupi kebutuhan dapur sehari-hari.
Nek Ikah sendiri hidup menjanda sejak puluhan tahun lalu. Ia bahkan lupa, tahun perceraian dengan suaminya. Hanya yang ia ingat, ia berpisah dengan suaminya ketika anak nomor duanya, Een masih berusia 3 bulan.
Selepas berpisah dengan suaminya, Ikah bekerja serabutan untuk membesarkan kedua anaknya. Hingga kini, kedua anaknya telah berkeluarga. Anak pertamanya dibawa oleh suaminya, untuk bekerja sebagai buruh di Kota Cimahi dengan menitipkan kelima anaknya yang kini diasuh oleh Nek Ikah.
”Incu emak ti si cikal aya genep. Nu hiji dicandak ku indung bapakna, nu lima urang deui nu ayeuna cicing sareng emak. Pami si bungsu, bumina caket oge sareng emak di dieu. cucu emak dari yang cikal ada enam. Yang satu dibawa sama ayah ibunya, yang lima lagi tinggal bersama emak. Kalau si bungsu, rumahnya dekat sama emak di sini,” terangnya.
Ketika rumahnya dibangun kembali oleh Pemkab Bandung Barat, Nek Ikah menyatakan keharuannya. Ia menyatakan tidak menyangka, jika rumahnya yang tidak memiliki jamban itu bakal dibangun dengan biaya dari Pemkab Bandung Barat dan swadaya masyarakat.
“Sedih, bagja, asa ngimpen ieu the. Alhamdulillah ya Allah, ieu berkah emak netepan berjama’ah. Hatur nuhun pak bupati (sedih, bahagia, serasa mimpi. Alhamdulillah ya Allah, ini berkah emak shalat berjama’ah. Terima kasih pak bupati),” ucap Nek Ikah terbata-bata.
Bupati Bandung Barat Aa Umbara Sutisna mengatakan, salah satu program yang digulirkan di awal pemerintahannya adalah memperbaiki rumah tidak layak huni (rutilahu). Sejak dia dilantik, 20 September 2018 telah membangun dan memperbaiki 120 rutilahu.
Rumah Nek Ikah, salah satu yang diperbaiki secara spontanitas. “Sewaktu saya shalat subuh berjama’ah di daerah itu, saya ketemu Nek Ikah. Lalu saya lihat rumah Nek Ikah yang sudah kelihatannya sudah mau roboh. Saya tidak berpikir panjang lebar lagi, langsung meminta kesediaan yang punyanya untuk dibongkar dan kita bangun lagi,” tuturnya.
Umbara juga mengatakan, program Ngariksa Lembur tersebut salah satunya untuk mengetahui kondisi riil masyarakatnya. Program rutilahu, hanya salah satu program yang digulirkannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Terus terang saja selama saya berkeliling kampung, masih banyak persoalan-persoalan yang harus saya tangani. Saya tidak mau hanya mendengar laporan dari SKPD (Satuan Perangkat Kerja Daerah) saja. Buktinya, masih saja ada temuan rutilahu seperti rumah Nek Ikah. Padahal anggaran pemerintah untuk itu, ada. Jadi bagaimana selama ini?” pungkasnya. (Hens)