CIPATAT,BBPOS- Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bandung Barat, meluncurkan program Perangkat Daerah Peduli Ibu Hamil dan Balita beresiko Stunting (PELITA BENING), dengan memberikan makanan tambahan (TMT) berupa telur ayam.
Hal tersebut untuk mempercepat angka penurunan stunting. Dengan skema, pemberian telur ayam diberikan kepada balita bermasalah gizi dan ibu hamil KEK dan atau beresiko.
Penjabat (Pj) Bupati Bandung Barat, Ade Zakir mengatakan, angka stunting di wilayahnya hingga saat ini masih cukup tinggi mencapai 25,10 persen. Turun sebesar 2,2 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Di tengah keterbatasan, kita masih bisa memberikan (TMT). Kelompok sasarannya Berdasarkan rekomendasi dari World Health Organization (WHO),” kata Ade saat launcing pemberian TMT di Desa Citatah, Kecamatan Cipatat, Selasa (19/11/2024).
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) KBB dr Ridwan Abdullah Putra menjelaskan, jumlah sasaran yang dari kegiatan pemberian telur ayam ini sebanyak 34.334 orang.
Diberikan kepada Balita Tidak Naik (weightfaltering) sebanyak 30.358 anak, diberikan 1 butir/hari selama 14 hari,
Balita Berat Badan Kurang (underweight) sebanyak 2.734 anak, diberikan 1 butir/hari selama 28 hari serta Ibu hamil KEK/ beresiko sebanyak 1.242 orang, diberikan 2 butir/hari selama 60 hari.
Dia pun menjelaskan, pemberian telur tersebut telah dilakukan sejak 11 November 2024. “Balita kurus (wasting) dan ibu hamil KEK, mendapat penanganan berupa PMT lokal,” jelas Ridwan.
Sedangkan jumlah sasaran balita wasting yang mendapat PMT adalah sebanyak 1.740 anak (sumber dana BOK) dan 300 anak (sumber dana APBD) serta 1.127 orang (sumber dana BOK) dan 200 orang (sumber dana APBD) Ibu hamil KEK/beresiko yang tersebar di 32 wilayah Puskesmas.
Tujuan dari pemberian tambahan protein hewani dan PMT lokal adalah untuk menambah asupan zat gizi terutama protein hewani yang sangat bermanfaat dalam pertumbuhan anak dan janin dalam kandungan, sehingga jika kebutuhan gizinya terpenuhi, dapat mencegah terjadinya stunting.
“Kegiatan ini merupakan salah satu dari intervensi spesifik di Kabupaten Bandung Barat. Selain dari intervensi spesifik, keberhasilan penanganan stunting juga sangat memerlukan dukungan intervensi sensitif dari semua unsur terkait,” ucapnya.
Upaya kolaboratif dalam percepatan penurunan stunting telah yang dilakukan di KBB,dapat terlihat dari tren penurunan prevalensi stunting setiap tahunnya baik dari data rutin ataupun hasil survey.
Ridwan menambahkan, prevalensi stunting di KBB berdasarkan laporan data rutin saat ini adalah 4,95%, kondisi ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya (tahun 2023 prevalensi stunting sebesar 5,16%).
Berdasarkan hasil survey, tahun 2023 prevalensi stunting di KBB sebesar 25,1%, kondisi ini menurun jika dibanding hasil survey tahun 2022 yiatu sebesar 27,3%.
“Kita berharap, dengan besarnya dukungan dari pemerintah daerah dan upaya kolaboratif dari berbagai sektor ini dapat mencapai target percepatan penurunan stunting yaitu 17% pada tahun 2024,” pungkasnya.***