Padalarang, BBPOS – Potret kemiskinan masih mewarnai wajah Kabupaten Bandung Barat diusianya menjelang genap 12 tahun. Ironis memang, bantuan sosial (bansos) pemerintah belum menyentuh semua masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
Dialah Nene Rohati (72) , warga Kampung Cilanggari RT 2 RW 16, Desa Ciburuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat ini misalnya. Ia nyaris tidak tersentuh sama sekali program bantuan sosial yang dicanangkan pemerintah.
Ibu dari 3 orang anak dan 4 orang cucu menghabiskan kesehariannya bersama keluarga dalam sebuah gubuk yang tidak layak dihuni. Selain itu, akses jalan menuju kantor desa pun sulit.
“Anak punya 3 semuanya tidak bekerja, ditambah cucu 4, satu rumah tuh 8 orang. keseharian gini saja mengandalkan dari kebun,” ungkap nene Rohati saat ditemui BBPOS.com di kediamannya, Minggu (28/4/2019).
Lantaran kondisi kesehatan yang sudah tidak baik, membuat Nenek Rohati tak mampu mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Mau tak mau ia mengandalkan bantuan anak-anaknya.
Disinggung soal bantuan PKH dan BNPT dari pemerintah daerah, nene Rohati mengatakan, dirinya sama sekali tidak pernah mendapatkan bantuan dalam bentuk apapun. baik, bantuan sembako maupun bantuan kesehatan.
“Bantuan dari mana? saya ga dapat bantuan apapun,” ujar nene Rohati.
Sebelumnya, kata nene Rohati, kampung Cilanggari salah satu tempat para pengrajin boboko terkenal. namun, karena seiring waktu berjalan ditambah akses jalan yang kian tak kunjung diperbaiki. membuat para pengrajin enggan untuk berlama-lama tinggal di kampung tersebut.
“Dulu mah didieu tempat bikin boboko, karena jalannya ga memadai sulit dijangkau jadi pada pergi,” ucapnya.
Sementara itu, anak kedua nene Rohati, Lilis (53) mengatakan, kesehatan ibunya kini mulai sering menurun. Ia menuturkan, ibunya sering mengeluh sakit pada bagian kepala. Namun hanya diobati alakadarnya lantaran keterbatasan biaya.
“Ya begini kondisi ema, sering sakit sekarang,”ujarnya.
Menurut Lilis, ia pernah mendatangi Kepala Desa untuk minta diuruskan akses jalan dari kediamannya menuju jalan Desa Ciburuy. Namun, sampai sekarang tak kunjung ada realisasi ataupun tanggapan dari pemerintah setempat.
Tak hanya itu, Lilis juga memaparkan, pemerintah setempat dinilai kurang tanggap terhadap masyarakat yang terisolir karena akses jalan yang tertutup. Air bersih maupun fasilitas MCK yang memadai pun mereka dapatkan dari mahasisiwa yang sedang menjalani KKN di wilayahnya.
“Ya, saya sudah beberapa kali nemui kepala desa namun hingga saat ini tidak ada tindak lanjutnya, jangankan akses jalan. air bersih dan toilet juga ini dapat dari hasil swadaya mahasiswa yang sedang KKN,” kata Lilis.
Ia juga berharap, sekali ada tangan-tangan dermawan bisa membantu ibunda tercintanya (Nene Rohati) untuk mengobati sakit yang di deritanya demi kelangsungan hidupnya saat ini.
“Saat ini saya hanya mengandalkan buruh serabutan, sebab saya juga sudah tidak kuat lagi bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup saya,” pungkasnya.(Wit)