Padalarang, BBPOS – Kampung Cilanggari, Desa Ciburuy, Kecamatan Padalarang, ternyata merupakan kawasan penghasil “Boboko” terkenal pada tahun 80 an.
Namun saat ini, geliat ekonomi dalam sektor UMKM tersebut cenderung lesu, akibat ditinggal para pegiatnya lantaran kehilangan konsumen karena akses jalan yang terisolir.
Karajinan hasil dari anyaman bambu tersebut, kini hanya digeluti oleh beberapa orang saja, itupun karena tidak ada usaha lain yang bisa dijadikan sebagai mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Salah satunya, Irah (64), perempuan paruh baya ini menuturkan, kejayaan boboko asal cilanggari saat itu tidak dapat dipungkiri bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari hari. Tapi saat ini profesi yang ia jalani sulit memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Dengan harga jual yang relatif murah yakni Rp15.000 perbuah, ia mampu menjual sebanyak 3 sampai 4 buah boboko perhari. Itu pun Nene Irah dapatkan dengan berjalan kaki melewati Desa Bojong Koneng, Kecamatan Ngamprah.
“Iya saya berjualan keliling rumah warga,” katanya kepada BBPOS di rumahnya, Minggu (28/4/2019).
Nene Irah mengaku, karena hasil berdagang boboko tidak menentu, terkadang ia harus terpaksa menjual bobokonya tersebut sesuai penawaran pembeli.
“Ga tentu penghasilannya,” katanya.

Dirumah ukuran 2X3 meter berdindingkan bilik bambu yang ditambal koran bekas untuk menutup lubang yang menganga. Irah merasa harus tetap mengobarkan semangat untuk menjalani hari dengan penuh rasa optimis, bahwa esok hari akan lebih baik.
“Jangankan untuk memperbaiki rumah, untuk makan sehari-hari dan membiayai diri sendiri saja sangat sulit,” imbuhnya.
Nene Irah berharap kepada pemerintah setempat khususnya Pemda Bandung Barat, untuk dapat melihat langsung kondisi kediamannya, serta akses jalan menuju desa pun tidak ada.
“Dari dulu ga ada jalan kesini, ke desa saja susah,” pungkasnya. (Wit)