PADALARANG,BBPOS- Harga sejumlah kebutuhan pokok di Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengalami kenaikan menjelang Ramadan 1446 Hijriah.
Kenaikan tersebut dipicu oleh meningkatkan permintaan barang untuk kebutuhan konsumsi selama bulan Ramadan.
Kenaikan harga kebutuhan pokok terjadi untuk jenis telur, bawang merah, hingga cabai rawit. Kenaikan harga paling signifikan dialami cabai rawit, dari Rp70 ribu per kilogram meroket ke angka Rp100 ribu per kilogram.
Untuk bawang merah naik dari Rp30.000 menjadi Rp40.000 ribu per kilogram dan telur ayam dari Rp26.000 meniadi Rp30.000 per kilogram.
“Sekarang mulai naik harganya, dan naiknya harga ini sangat signifikan terutama pada komoditas cabai rawit,” ujar Deden (32) salah satu pedagang di pasar Tagog Padalarang, Selasa (25/2/2025).
Ia menambahkan, kenaikan harga sejumlah bahan pokok tersebut sudah terjadi satu pekan. Namun ia tak mengetahui penyebab pasti kenaikan harga itu.
“Ketersediaan barang aman, engga berkurang sama sekali. Kalau penyebabnya saya kurang tau, mungkin karena mau puasa,” katanya.
Sementara itu, Enung (55) pedagang sayuran menyebut, kenaikan harga komoditas pangan ini dipicu karena permintaan yang meningkat. Sedangkan pasokannya mulai mengalami penurunan.
Enung mengatakan, siklus seperti ini kerap terjadi ketika menjelang bulan Ramadan.
“Ini mungkin penyebabnya karena permintaan naik, sementara pasokannya berkurang. Kenaikan harga ini tentunya berdampak ke pembelian, biasanya beli 1 kilogram jadi setengah kilo,” ujarnya.
Ia menambahkan, meski kondisi pengunjung jelang Ramadan tinggi, namun pihaknya pesimistis akan mendapatkan keuntungan besar. Mengingat saat ini daya beli masyarakat dari hari ke hari kian berkurang.
“Banyak yang datang belanja ke pasar tapi mereka engga beli banyak, biasa satu kilo jadi setengah kilo bahkan kurang dari itu,” katanya.
“Harga semakin mahal sebetulnya bikin pedagang rugi, engga sebanding sama biaya angkut dan lainnya,” sambungnya.
Dia memperkirakan tren kenaikan harga sejumlah bahan pokok itu berpotensi terus mengalami kenaikan hingga Hari Raya Idul Fitri.
Karena itu dirinya berharap Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bandung Barat bisa memastikan data produksi yang mencerminkan kondisi di pasar trdisional maupun kelontong.
Dengan begitu, jika terjadi kenaikan harga ketika produksi lokal bisa memadai, masalah logistik di pasar pun akan mudah diurai.
“Petugas dari pemerintah suka datang seminggu satu kali, tapi mereka hanya mendata bukannya memberikan solusi positif. Harapannya pemerintah bisa menyelesaikan apa yang menjadi keluh kesah kami para pedagang,” tandasnya.