CIHAMPELAS, BBPOS— Kabupaten Bandung Barat (KBB) saat ini sudah berusia 16 tahun, di tengah usainya yang bertambah itu banyak persoalan kesejahteraan masyarakat yang perlu diperhatikan dan menjadi sorotan pemerintah daerah (Pemda) Bandung Barat, yakni persoalan kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Seorang warga, Kampung Pasir Tengah, RT 04 RW 09 Desa Tanjungwangi, Kecamatan Cihampelas, KBB bernama Hermawan (39) hidup di sebuah bilik dan berdampingan dengan tempat mandi, cuci dan kakus (MCK) yang tak memadai. Tak layak.
MCK yang dibangun alakadarnya itu, menyatu dengan bangunan utama tapi terbuka. Tak ada pintu, hanya ditutupi pagar kayu dan karung bekas, setengah badan
Di MCK itu, ia terbiasa menampung air, keluarganya kecilnya membersihkan badan dan bahkan membuang hajat.
“Airnya kita ambil dari sumber mata air yang ada di atas. Itu pipanya, yang ditampung di sini (toren),” tutur Hermawan yang begitu lembut mengatakan dalam bahasa Sunda.
Begitu mirisnya, saluran pembuangan air dari aktifitas mandi dan cuci tak menggunakan pipa sebagaimana layaknya. Hanya dibuang begitu saja, melalui aliran kecil dari rumahnya ke bagian bawah. Posisi rumah ayah dua anak ini, berada di atas jalan desa.
Hermawan bukan tidak mengerti dengan pengetahuan kesehatan lingkungan, akan tetapi Kondisi ekonomi keluarganya tak mampu membuat MCK yang memadai.
Penghasilannya tidak seberapa dari kerja keras sehari-hari sebagai kuli serabutan. “Pastinya senang, kalau pemerintah membantu membuatkan kamar mandi yang layak buat keluarga kita,” jelasnya
Tidak hanya Hermawan, Rahman (36), warga RT 4 yang rumahnya agak jauh dari Hermawan mengharapkan dapat bantuan pemerintah.
Selain tidak memiliki tempat MCK, rumah gubuknya cukup memprihatinkan. Berhadapan dengan kandang domba, rumah milik Rahman terbuat dari bilik.
“Kalau mau mandi, mencuci atau buang air besar, saya, istri dan anak saya, nebeng ke rumah mertua,” bebernya, seraya menunjuk rumah mertuanya yang berada di atas rumahnya.
Keluarga kecilnya itu selalu nebeng di rumah milik salah satu kerabatnya. Dirinya sendiri mengaku belum memiliki rumah.
“Saya hanya mendapat upah dari kuli, paling-paling hanya Rp300 ribu sebulannya. Tidak cukup memang tapi mau bagaimana lagi,” jelasnya.
Masih di lingkungan yang sama, seorang nenek tua bernama Itoh yang hidup sebatang kara, juga tak memiliki MCK.
“Emak, kalau mau mandi ke rumah saudara saja di rumah itu. Kalau malam-malam, nggak kuat mau kencing ya di conggang (sela-sela lantai dari bambu) saja,” jelas Itoh.
Ketua RT 04 RW 09, Suryaman menyebutkam, untuk kebutuhan sehari-hari selama ini warganya hanya mengandalkan air yang berasal dari sumber mata air.
Dari sumber mata air itu, warga mengambilnya dengan menggunakan pipa kecil seadanya.
Letak sumber mata air tersebut, berada di atas pemukiman warga yang ditampung di bak kecil. “Kalau musim kemarau begini, mendingan airnya jernih. Tapi kalau musim hujan, ya kayak air bajigur (keruh),” jelasnya
Sampai saat ini, ia menyebutkan belum ada bantuan untuk pengadaan air bersih di wilayahnya. “Kita berharap, bantulah warga ini. Kasian mereka,” jelasnya.
Terpisah, Ketua RW 04, Heri mengungkapkan, jika saat ini di dekat sumber mata air itu sedang dilakukan pengeboran. Namun hingga kedalaman 30 meter pun, airnya belum juga mengocor.
“Waktu di bor, masih bebatuan saja. Semoga saja, bisa airnya bisa ngocor. Kasihan warga,” katanya.
Bila musim tiba, warga yang berada di Kampung Pasir Tengah ini kekurangan air bersih untuk sekedar minum pun. Bisanya kata Heri, Pemdes Tanjungwangi memberikan air galon.
“Kalau untuk kebutuhan mandi dan mencuci, terpaksa warga jalan kaki ke atas, ke tempat sumber mata air. Lumayan jauh juga, posisinya ada di atas,” jelasnya
Dirinya berharap pemerintah memperhatikan kondisi warganya yang membutuhkan bantuan. Bukan hanya bantuan air bersih saja, akan tetapi secara ekonomi beberapa KK sangat membutuhkan bantuan.
“Mudah-mudahan saja, ada bantuan buat warga. Karena memang mereka sangat membutuhkan,” pungkasnya**