NGAMPRAH, BBPOS,- Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat (Jabar) mencatat ada dua daerah yang ditetapkan sebagai wilayah dengan status Kejadian Luar Biasa (KLB) Campak. Salah satunya yaitu Kabupaten Bandung Barat (KBB).
Penetapan status KLB Campak ini juga dirilis oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes) pada akhir tahun 2022 lalu.
Penetapan status KLB Campak ini berdasar pada kajian atas adanya dua atau lebih kasus terkonfirmasi campak yang terjadi secara mengelompok di satu area dan dibuktikan dengan adanya hubungan epidemiologi.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Dinas Kesehatan Bandung Barat, Nurul Rasihan mengatakan, data yang digunakan oleh Kemenkes dalam penetapan status KLB Campak yakni data kasus pada rentan waktu bulan September hingga pertengahan November 2022.
“Terkait status KLB Campak, itu (data) bulan September sampai November pertengahan. Total ada 27 kasus campak yang tersebar di Desa Mekarjaya dan Desa Sadangmekar,” kata Nurul saat ditemui wartawan, Kamis (26/1/2023).
Kendati demikian, menurut dia, 27 kasus yang disebut oleh Dinkes Provinsi Jawa Barat itu masuk dalam jumlah kasus bulan Oktober-November 2022.
“Kemarin itu di dua desa yaitu Sadangmekar Kecamatan Cisarua dan Mekarjaya Kecamatan Cikalongwetan. Akan tetapi itu sudah selesai dan tidak ada lagi. Jadi Campak akan selesai KLB kalau selama 28 dua kali masa inkubasi tidak ada kasus lagi, dianggap selesai,” jelasnya.
Ia mencatat, dari 27 kasus penyakit Campak yang ditemukan oleh Dinkes Bandung Barat, diantaranya 21 Campak dan 6 Rubella.
“21 campak 6 rubella. Semua di Mekarjaya, dan Sadangmekar,” terangnya.
Meski begitu, Nurul tak ingin kecolongan lagi. Kali ini pihaknya akan mengupayakan banyak hal agar anak secara kesehatan dapat terpenuhi dan terhindar dari berbagai penyakit. Khususnya penyakit campak.
Dinkes Bandung Barat juga sudah mengkoordinasikam 16 puskesmas untuk memperkuat edukasi kepada masyarakat, khususnya orang tua, tentang bahaya penyakit campak.
Secara kewilayahan, pihaknya meminta puskesmas memetakan daerah kantong, terutama cakupan imunisasi campak-rubela rutin yang rendah. Selain itu, juga memaksimalkan imunisasi di Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN).
’’Yang biasa kami lakukan ya menyisir wilayah sampai tingkat RT/RW. Ini upaya lintas sektor juga, mencegah bersama lah ya,’’ tandasnya.