Cimahi, BBPOS – Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di tengah pandemi COVID-19 kerap kali dikeluhkan masyarakat dengan taraf ekonomi bawah. Salah satunya adalah pengadaan kuota (pembelian paket data).
Anggota Komisi X DPR RI, Rian Firmansyah mengatakan, saat ini keterbatasan akses internet, gawai dan biaya pembelian data menjadi persoalan bagi sebagian siswa di daerah terutama bagi kalangan masyarakat tidak mampu.
“Saya terpanggil untuk memberikan bantuan gawai tab dan data internet selama enam bulan kepada siswa-siswa kurang mampu di Dapil saya,” ujar anggota Komisi X DPR RI Rian Firmansyah kepada BBPOS, Jumat (7/8).
Rian menjelaskan, puluhan gawai disebar di 2 daerah, yakni Kab. Bandung Barat dan Kab. Bandung. Hal itu dilakukan sebagai wujud kepeduliannya untuk mengurangi kesenjangan perangkat digital di kalangan siswa.
“Hal ini selaras dengan kebijakan DPP Partai NasDem yang selama ini aktif dan konsisten untuk mendorong seluruh kader dan fungsionaris Partai NasDem dalam gerakan berbagi gawai untuk anak Indonesia” kata Rian.
Selain memberikan gawai kata Rian, pihaknya pun menyerap aspirasi kaum milenial melalui diskusi seputar Pembelajaran Jarak Jauh yang dihadiri oleh perwakilan pelajar dan Forum OSIS di KBB.
“Tentu saja, saya perlu masukan dan usulan dari adik-adik pelajar agar aspirasinya dapat saya sampaikan dalam rapat-rapat bersama Kemendikbud di Komisi X,” kata Rian.
Diakui Rian, sistem Pembelajaran Jarak Jauh ini dapat melatih kesiapan siswa untuk lebih merdeka dalam belajar, baik guru maupun siswa dapat beradaptasi dengan teknologi semakin cepat.
Namun demikian, jika tanpa dibarengi dengan ketersediaan perangkat gawai dan internet, yang terjadi adalah frustasi di kalangan yang memiliki keterbatasan sarana PJJ.
“Karena itulah, kita perlu mengurangi kesenjangan digital ini agar tidak memicu ketimpangan sosial yang berdampak pada kualitas pembelajaran siswa,” ujar Rian.
Dalam rapat di Komisi X, kata Rian, survei Kemendikbud mencatat, sekitar 97,6 persen masyarakat setuju dengan proporsi penerapan belajar di rumah dengan metode pembelajaran jarak jauh.
Namun demikian, disamping itu ternyata tidak semua guru siap dengan metode PJJ. Hasil survei sebanyak 67,11 persen guru belum siap dengan mengoptimalisasi peran gadget.
“Problemnya ada di kesiapan guru dan sarana penunjang PJJ bagi Siswa, guru mengalami kesulitan untuk mengontrol peserta didik yang benar-benar serius dalam belajar, ini yang terus kita dorong agar Kemendikbud memberikan solusinya,” katanya.
Belum lagi jika dilihat dari sudut orangtua, papar Rian, pembelajaran jarak jauh bagi orang tua siswa sering menemui kendala kurangnya penguasaan teknologi dalam mendampingi anak dalam belajar, belum lagi keperluan orang tua siswa yang terpaksa harus mencari nafkah ke luar rumah.
Dia mengusulkan agar Kemendikbud membuat skema pembelajaran yang bisa dilakukan guru dan siswa yang tidak memiliki akses internet dengan memanfaatkan lingkungan rumah dengan cara memberikan pelatihan dan pendampingan manajemen pembelajaran jarak jauh.
“PJJ harus di imbangi dengan kegiatan-kegiatan yang menuntut terlatih aspek psikomotorik maupun aktivitas yang bervariasi. Sehingga anak-anak mendapatkan pengalaman yang lebih beragam di luar gawai dan siswa tidak kecanduan gawai diluar daripada fungsinya sebagai media pembelajaran,” tandasnya.