Cikalongwetan, BBPOS – Susah tidur atau biasa dikenal dengan insomnia mungkin adalah permasalahan bagi setiap orang.
Namun, kisah wanita satu ini mungkin adalah sisi lain dari banyak orang di dunia yang mengalami insomnia.
Ia adalah Cucu (47) seorang ibu rumah tangga warga Kampung Warungjati RT 02 RW 10 Desa Ciptagumati, Kecamatan Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengaku sudah tujuh tahun tidak pernah tertidur.
Cucu menjalani kehidupan normal terakhir hingga tahun 2014, setelah ia merasakan tidur hanya dua sampai tiga jam saja pada kala itu.
Selain itu, perasaan susah tidur dan mudah terbangun juga kerap ia alami sebelum hilang rasa kantuk selama 7 tahun ini.
Cucu cukup khawatir dengan fenomena yang ia alami. Apakah ini merupakan kelainan sindrom atau penyakit langka Cucu pun belum pernah mendapat jawaban.
“Dulu tahun 2014 terakhir tidur. Kalau mau tidur itu gelisah, paling bisa tidur hanya dua jam atau tiga jam, terus bangun lagi,” ungkap Cucu saat ditemui, Selasa (31/8/2021).
Cucu menjelaskan, mulanya sama sekali tidak merasa ada yang aneh dalam dirinya. Aktivitas pun sama sekali tidak berubah, tubuhnya tetap bugar tanpa rasa lelah. Semua pekerjaan rumah tangga ia rampungkan layaknya seorang ibu rumah tangga.
Namun, seiring berjalannya waktu tidak pernah terlelap, Cucu akhirnya merasa harus memeriksakan kesehatannya. Menurut psikiater, susah tidur Cucu ini dipantik oleh pikiran-pikiran yang membuatnya gelisah. Diagnosis dokter tidak semua dibenarkan Cucu.
“Kalau pikiran saat itu saya tidak ada masalah. Tapi memang saya gelisah karena setiap malam saya tidak bisa tidur,” tutur Cucu.
Dari hasil diagnosis, dokter memberinya resep obat tidur dan obat penenang. Obat itu diharapkan bisa mendatangkan rasa kantuk untuknya. Berbekal kepercayaan pada sang dokter, Cucu akhirnya rajin mengkonsumsi obat tersebut.
Sementara itu, anak Cucu, Fanni Fadillah (19) setia menemani sang ibu setiap ia memeriksakan kesehatannya. Fani menyebutkan, obat dari dokter tersebut sama sekali tidak berdampak. Ibunya diminta untuk menambah dosis konsumsi.
“Obatnya kalau tidak salah namanya alfrazolam. Dikonsumsi kurang lebih satu tahun sekitar tahun 2018-2019 lalu. Bisa (tidur) tapi cuma 5 menit bangun lagi, dipaksain juga tetap gak bisa,” kata Fanni.
Jika sebelumnya tubuh Cucu masih normal, saat ini Cucu terpaksa harus mengurangi aktivitasnya. Cucu hanya bisa terbaring di tempat tidur lantaran merasakan nyeri pada urat sarafnya. Bagian tubuhnya kerap kali bergerak spontan menggeliat ke kanan kiri.
Kini, Cucu ditemani dan dirawat oleh dua anaknya dan tinggal di Desa Mandalamukti, Cikalongwetan. Ia sengaja tinggal dikediaman anaknya agar bisa hidup dan dirawat oleh anaknya.
“Kayanya sih efek dari Alfrazolam. Soalnya sebelum konsumsi obat itu mamah masih bisa beraktivitas normal,” kata Fanni.
Berbagai pengobatan juga sudah ditempuh, mulai dari pengobatan alternatif, mendatangkan orang pintar, sampai menempuh pengobatan rumah sakit juga sudah ditempuh. Namun hasil belum juga menunjukkan ke arah baik. Pihak keluarga masih bertanya-tanya ada apa dengan Cucu.
Terbaru, pihak keluarga mengantar Cucu ke ahli saraf. Ada hal aneh dirasakannya, dua kali bius tidak mempan disuntikkan ke tubuh Cucu. Matanya masih tetap terbelalak tak bisa tidur.
“Kemarin baru ke (RS) Santosa, discan kepalanya. Hasilnya belum keluar. Ia sempat dibius, tapi enggak mempan. Dokter juga sampai bingung kenapa bisa seperti ini. Katanya mereka juga baru dapat pasien seperti ini,” tuturnya.
Upaya pengobatan bakal terus ditempuh keluarga. Hanya satu harapan Cucu, “bisa tidur dan kembali hidup normal,” pungkasnya.