Ngamprah, BBPOS – Memilukan, puluhan anak TKA-TPA Nurul Azmi di Desa Cilame Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung Barat (KBB) pada Jumat 10 Juni 2022, turut serta menggeruduk kantor kepala desa setempat.
Layaknya para mahasiswa dan orang dewasa mereka membawa spanduk bertuliskan “Tolong selamatkan sekolah kami”. Aksi demo puluhan anak TK ini juga didampingi orang tua dan guru-guru mereka.
Seperti demonstrasi orang dewasa, sejumlah anak-anak juga meneriakkan kecaman akibat sekolah tempat mereka belajar banjir dan terancam ambruk akibat proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB)
“Tempat mereka belajar banjir dan terancam ambruk. Itu dampak dari pembangunan tiang pancang KCIC di sekitar wilayah kami yang berdampak pada masyarakat jika hujan turun, dan mereka meminta pihak Pemdes Cilame mencarikan solusinya,” ungkap Ketua RT 10, Firman Syahrudin kepada wartawan.
Firman mengatakan, baik warga, orang tua murid serta guru mendesak pemerintah Desa Cilame untuk segera memberikan solusi. Pasalnya, proyek KCJB tersebut berdampak buruk kepada warga.
“Mereka kesal, makanya menggeruduk kantor desa. Intinya mereka meminta pihak desa agar secepatnya berkoordinasi dengan pihak KCIC dan Wika,” katanya.
Menurutnya, komplek taman cilame sebelumnya ada proyek KCJB, jika turun hujan tak pernah meluber ke pemukiman jika hujan besar. “Sekarang mah setiap hujan kecil ataupun besar selalu banjir meluber ke pemukiman warga, itu akibat pembangunan tiang pancang,” katanya.
Sebelumnya, warga komplek taman cilame lanjut Firman, sempat menolak pembangunan tiang pancang. Hal itu dikhawatirkan berdampak pada masyarakat.
“Sekarang terbukti banjir di wilayah kami. Padahal saat awal membangun tiang pancang warga sudah menolak,” tegasnya.
Senada dikatakan, salah seorang warga Taman Cilame, Nurlaela Purnamasari (31), mengatakan, banjir kali ini lebih parah dari sebelumnya. Hal tersebut seusai alat berat (beko) beroperasi di sekitar pembangunan tiang pancang.
“Kondisi ini terparah terjadi sebelum lebaran idul Fitri 2022 kemarin. Tanah terkikis hingga terjadinya amblas, sekarang sekolah itu terancam juga. Pihak desa sampai sekarang belum menanggapi keluhan kami,” katanya.
Sementara proses belajar mengajar, lanjut Nurlaela, para siswa TKA-TPA Nurul Azmi terpaksa harus di salah satu masjid yang tak jauh dari sekolahnya.
“Sementara ini belajar di masjid sebelah dekat dengan sekolahan, sudah lebih dari satu bulan semoga ada hati yang terketuk untuk segera diperbaiki sekolah kami, kasian anak-anak,” tutupnya.