Padalarang, BBPOS – Nasib malang menimpa seorang balita asal Kampung Pojok RT 02 RW 10, Desa Jayamekar, Kecamatan Padalarang. Anak yang diberi nama Rusmana tersebut menderita hidrosefalus atau pembesaran pada bagian kepala.
Rusmana lahir melalui persalinan normal di RSUD Cibabat pada tanggal 23 Oktober 2016 lalu. Tak lama usai kelahirannya, anak dari Setiawan (40) tersebut, terbaring koma selama dua bulan lebih.
“Dokter mengatakan, anak saya ini menderita penyakit hidrosefalus,” kata Setiawan saat ditemui wartawan di kediamannya, Sabtu (29/6/2019).
Setiawan mengaku kaget setelah anaknya divonis dokter menderita hidrosefalus serta epilepsi, dan infeksi pada paru-paru. Pasalnya, selama mengandung sang isteri tidak merasakan kejanggalan apapun.
“Dokter menyarankan anak saya harus dioperasi. Sebab, tulang di kepala bisa nusuk ke kulit, makan pun Rusmana harus melalui selang,” terang Setiawan.
Namun demikian, hingga saat ini orangtuanya belum berani membawa anaknya ke rumah sakit untuk dioperasi lantaran terkendala biaya.
“Biaya operasi yang cukup besar sangat tidak mungkin saya dapatkan. Saya hanya seorang buruh di pabrik pembuat cobek dengan upah seadanya,” tutur Setiawan.
Akibat mengidap hidrosefalus, bayi itu masih terbaring lemah di kamar rumahnya. Sementara upaya pengobatan hingga saat ini hanya menggunakan cara alternatif.
Setiawan mengaku, tidak mampu mengambil tindakan operasi sebagaimana saran dokter lantaran terkendala biaya. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Setiawan hanya mengandalkan upah bekerja sebagai kuli pembuat cobek.
“Untuk satu hari saja saya hanya dapat membuat 7 cobek yang dijual per satuannya Rp 10 ribu. tapi itu dibagi lagi dengan 3 orang lainnya, bersih-bersihnya itu sekitar Rp 25-30 ribu,” ucap Setiawan.
Di sisi lain, Setiawan merasa hawatir dengan keselamatan anaknya, berdasarkan analisa dokter hidrosefalus adalah penyakit yang menyerang organ otak. Jika tidak segera ditangani, penyakit tersebut dipastikan dapat merusak jaringan dan melemahkan fungsi otak.
“Saya khawatir kepala anak saya akan membesar seiring usia, tapi saya bingung harus bagaimana lagi sekarang. Saya enggak punyak uang, sementara dokter menyarankan satu-satunya cara untuk menyembuhkan anak saya harus dioperasi untuk mengikis tulang yang menusuk kulit kepalanya,” ujar Setiawan.
Sewaktu Rusmana baru berumur enam bulan, keluarga Setiawan sempat mendapat perhatian dari Peduli Semangat. Relawan ini memberikan bantuan biaya pengobatan bagi penderita hidrosefalus.
“Waktu itu sempat foto anak saya di upload di media sosial oleh pemuda karang taruna Desa Jayamekar. Tidak lama kemudian dapat bantuan dari Peduli Semangat,” ucap Setiawan.
Setiawan menyayangkan pihak Pemerintah setempat yang sampai saat tidak pernah menanggapi masyarakat dalam hal kesehatan.
Dia bercerita, seusai Hari Jadi Kabupaten Bandung Barat yang di gelar di Kantor Pemda, Jumat (21/6/2019) lalu. Setiawan beserta istri dan anaknya, mencoba mendatangi Dinas Kesehatan Bandung Barat. Alhasil, tidak ada yang bisa memberikan pelayanan ke keluarga Setiawan.
Dihari itupun keluarga Setiawan mencoba mendatangi Dinas Kesehatan Kota Cimahi. Alhasil, pihak Dinas Kesehatan Kota Cimahi pun melimpahkan kembali ke Pemda Bandung Barat. Karena KTP Setiawan Warga Bandung Barat.
“Di hari Jumat itu saya ke pemda, namun sepi. Lalu saya ke cimahi, tapi di suruh ke dinas kesehatan Bandung Barat. dari situ saya beserta istri pulang dan sampai rumah pun magrib,” ungkap Setiawan.
Setiawan berharap ada uluran tangan dari para dermawan, terutama kepada pemerintah daerah, agar membantu meringankan beban warganya.
“Saat ini kita sedang berupaya mencari bantuan terutama kepada pemerintah daerah. Sementara dari pihak keluarga jelas tidak mampu menanggung biaya itu. Karena itu, saya minta pemerintah mengambil alih biaya pengobatan,” ucapnya. (Wit)