NGAMPRAH, BBPOS,- Dana hibah Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kabupaten Bandung Barat, sebesar Rp500 juta yang berasal dari Pemerintah Daerah (Pemda) KBB mendapat sorotan dari Pengamat Olahraga, Yudha M Saputra.
Menurutnya, dalam penyusunan anggaran, KONI Bandung Barat sudah ada pedoman yang menjadi acuan, yakni terkait dengan mata anggaran yang bersifat tetap atau final tak bisa diubah-ubah.
“Uang Rp500 juta itu bukan untuk Cabor melainkan untuk operasional KONI. Tapi terkait pemberian dana pembinaan atlet secara langsung kepada Cabor apakah Pemda Bandung Barat siap? Kalau mau dicoba oleh bupati silahkan saja,” kata Yudha saat dihubungi, Kamis (19/1/2023).
Ia mengatakan, apakah anggaran yang diberikan Pemkab Bandung Barat ke KONI sudah sesuai dengan kebutuhan rasional atau tidak. Ini mesti dipublikasikan secara transparan oleh Pemkab Bandung Barat melalui Badan Keuangan Daerah.
“Soal pemberian dana hibah dari pemerintah daerah untuk pembinaan atlet itu sudah ada di dalam kebijakan pemerintah pusat. Sekarang tinggal bupati dan ketua KONI-nya yang harus sama-sama menurunkan egonya masing-masing,” katanya.
Ia menjelaskan, persoalan seperti jni pernah terjadi saat dirinya masih aktif di Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Jawa Barat (Jabar). Terkait dana hibah yang diberikan secara langsung kepada Cabor.
Menurutnya, saat itu, Gubernur Jabar sudah menyutujui usulan terkait dana hibah yang diberikan kepada Cabor. Namun demikian, lanjut Yudha, ada persoalan yaitu administrasinya yang cukup ribet jika dana hibah itu diberikan secara langsung kepada masing-masing Cabor.
“Kalau ke KONI hanya tinggal Naskah Perjanjian Hibah Daerah (NPHD) sebagai syaratnya. Jadi pertanggungjawaban dari Cabor tinggal ke KONI. Kalau misalkan diberikan kepada puluhan Cabor itu ribet, nanti bikin lah NPHD nya dari puluhan cabor, dan apakah mereka bisa,” terang dia.
“Makanya saat itu saya kembalikan pagi saja pemberian dana hibah pembinaan dan lainnya itu kepada KONI. Karena pertanggungjawabannya berat,” sambungnya.
Oleh karenanya, baik KONI maupun Pemda KBB harus saling mengesampingkan egonya masing-masing dan dan bijak dalam menyikapi persoalan.
“Lihat ada para atlet yang bakal jadi korban. Sekarang kalau atletnya pada pindah ke luar daerah gimana, atlet itu fleksibel dan nanti Pemda Bandung Barat juga yang rugi,” ujarnya.
Membina atlet itu kata Yudha sangat sulit lantaran ada proses panjang yang harus dijalani untuk melahirkan atlet-atlet terbaik dan berprestasi.
“Misalkan atlet dan pengurusnya pindah karena mereka butuh biaya untuk latihan dan latihan itu tidak gratis. Lalu, untuk KONI di mana sumber anggarannya, kan dari APBD dari Pemda. Oleh karenanya, kesampingkan ego dan saling bersinergi untuk meningkatkan prestasi,” tandasnya.