Padalarang, BBPOS – Pimpinan Cabang Persis Padalarang menggelar kegiatan Aksi Bela Al Aqsha dengan berorasi menggunakan tiga bahasa.
Selain itu, kegiatan yang dilaksanakan di Sekretariat PC Persis Padalarang tersebut juga membahas tentang sejarah penyerangan Israel ke Palestina.
Wakil Ketua I PD Persatuan Islam (Persis) Kabupaten Bandung Barat (KBB), Dadang A Fahmi mengatakan, masalah yang menimpa warga Palestina bukan hanya masalah bagi umat Islam saja. Sebab, yang sebenarnya terjadi di Palestina adalah masalah kemanusiaan.
“Artinya, cukup kita menjadi manusia untuk paham tentang penderitaan warga Palestina, tidak harus menjadi umat Islam,” kata Dadang Kepada BBPOS, Minggu (30/5/2021).
Dia mengatakan, yang melawan penjajah Zionis Israel bukan hanya umat Islam Palestina saja. Masyarakat Nasrani dan Yahudi juga banyak yang menolak pemikiran Zionis yang gemar menjajah.
Ia menambahkan, umat lain saja merasa ada masalah kemanusiaan yang terjadi di Masjid Al-Aqsha, Palestina. Maka, umat Islam seharusnya lebih peka lagi terhadap masalah yang terjadi di Palestina.
“Nilai-nilai kemanusiaan semakin hari semakin dilecehkan, hak-hak hidup masyarakat Palestina semakin hari semakin dikesampingkan. Karena itu cukuplah menyikapi Palestina menjadi manusia ketika melihat orang lain tertindas. Meski berbeda etnis suku dan budaya serta agama, yang harus berbicara jiwa dan hati nurani sebagai manusia,” katanya.
Menurutnya, konflik antara Palestina dan Israel ini membawa pemikiran manusia pada kebencian. Karena itu perlu pemahaman kepada masyarakat jangan sampaienumbuhkan rasa benci.
“Tapi tumbuhkanlah rasa empati terhadap orang yang tertindas tanpa melihat etnis suku budaya dan agama,” katanya.
Oleh karena itu, penting mengalamatkan kebencian itu pada sesuatu yang telah benar-benar tahu alasan historisnya, agar tujuan kebencian itu dapat memantik girah dan kemarahan kolektif untuk menghapus segala bentuk penindasan di dunia, khususnya di Palestina.
“Makanya persfektipnya harus berbicara ke ilmuan, jangan berbicara emosional. Jadi saat berbicara emosi itu akan muncul masalah baru yaitu masalah isu kebencian. Artinya kajian itu lebih baik kajian ilmuan,” jelasnya.
Karena itu, melawan Israel adalah melawan penjajahan. Membela Palestina adalah membela hati nurani dan kemanusiaan.
“Bukan melawan agama atau suku tertentu, bukan. Banyak juga masyarakat Yahudi, termasuk penganut Yahudi Ortodox dan anak-anak muda Yahudi, yang menentang Zionisme yang artinya menentang cara berpolitik yang kolonialis yang diterapkan oleh Israel. Bagaimana bisa berharap perdamaian jika Israel terus memperluas wilayahnya secara sepihak dan menindas rakyat Palestina yang hingga hari ini tidak pernah bisa merdeka,” pungkasnya.