MARAKNYA kasus menimpa guru yang mendapatkan perlakuan “kasar” dari siswanya akhir-akhir ini kembali viral di media sosial, begitupun media televisi turut memberitakan hal tersebut.
Seperti kasus dialami Pak Nur Kalim, guru di SMP PGRI Wringinanom, Gresik yang mendapatkan perlakuan tidak sopan dari siswanya karena Pak Nur Kalim menegur siswa tersebut merokok di kelas kemudian siswa tersebut tidak menerima teguran dari gurunya, sehingga melakukan perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan oleh siswa tersebut.
Walau pun demikian, Nur Kalim memaafkan perlakuan siswanya, Itulah keteladanan yang dibuktikan oleh Nur Kalim, sebagai guru ia sadar betul bahwa mendidik siswanya adalah kewajiban, ia pun memahami bahwa menjadi guru bukan sekadar anak menjadi tahu akan tetapi ada hal yang lebih penting yaitu mendidik mereka agar menjadi generasi yang berakhlak mulia, hal itu dibuktikannya ketika menegur siswanya agar tidak merokok di ruang kelas.
Penulis masih ingat ketika berkunjung di Kedubes RI di Malayisa belum lama ini, Atasan Bidang Pendidikan dan Kebudayaan, mengatakan bahwa adab sangat penting dalam dunia pendidikan. Menjadi pintar dapat membaca tapi berkarakter tidak bisa dengan sekadar membaca. Menurutnya, pendidikan karakter harus terus diutamakan di dunia pendidikan.
Mengenai pendidikan karakter ini, menjadi isu yang menarik sehingga muncul adanya pendidikan penguatan karakter yang terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran. Berkaitan dengan itu, mengenai pendidikan karakter sejatinya bukanlah hal yang baru di dunia pendidikan, dulu pun pendidikan akhlak menjadi hal yang utama.
Misalnya, penulis saat mengeyam pendidikan di madrasah ibtidaiyah (sekolah dasar) sangat terasa pendidikan karakter yang ditanamkan oleh para guru. Contoh sederhana jika ada siswa yang duduk di kursi guru, para siswa lainnya dengan spontan melarang sehingga siswa tersebut timbul rasa malu dan tidak akan mengulangi lagi.
Pendidikan karakter saat ini dihadapkan dengan berbagai tantangan, bisa jadi para siswa di sekolah diberikan penguatan pendidikan karakter akan tetapi di luar sekolah ada pendidikan karakter yang membentuk pribadi mereka.
Jika pergaulannya ke arah positif maka akan berdampak pada pendidikan akhlak yang baik, namun jika pergaulannya ke arah negatif maka akan berpengaruh pada pendidikan akhlak yang tercela. Maka penting pendidikan karakter ini dilakukan secara bersama-sama bukan hanya tugas para guru semata namun adanya peran strategis yang sangat berpengaruh kepada pembentukan karakter siswa yaitu pendidikan di keluarga juga di lingkungan masyarakat sehingga keteladanan adalah keniscayaan.
Penulis turut prihatin jika ada berita mengenai peristiwa tawuran yang melibatkan para generasi bangsa, penyalahgunaan narkoba, dan lain sebagainya. Hal itu menjadi penguat betapa pentingnya peran generasi muda di masa mendatang karena sejatinya mereka adalah penerus bagi kemajuan bangsa ini sebagaimana pepatah mengatakan, pemuda hari ini, adalah pemimpin hari esok.
Kita tentu merindukan para siswa yang shaleh dan sholehah. Manifestasi dari keshalehan akan terlihat dari cara siswa tersebut bertutur kata, bersikap terhadap orangtua, guru, dan sesama, tekun, jujur, serta karakter positif lainnya sehingga menjadi generasi yang bermanfaat. Walau pun mereka sudah lulus dari sekolah, ikatan batin dengan gurunya akan terus ada dan selalu mendoakan para gurunya ketika bermunajat kepada Sang Khalik. Wallahu a’lam.