MEMBACA berita di media online sebut saja CNN, berita tentang mayoritas pemain judi online yang diterbitkan pada 29 April 2024, membuat penulis kaget dan sedih karena mayoritas pemain judi online adalah generasi muda usia rentang 17 – 20 tahun.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi yang mengatakan bahwa banyak pecandu judi online (judol) berusia muda. Berdasarkan data, ada sekitar 2,7 juta warga RI terjerat judi online, kebanyakan dari kaum muda, anak-anak di usia 17 sampai 20 tahun.
Judi online akhir-akhir ini menjadi sorotan publik, dilansir dari CNN (19/4/2024) menurut Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) perputaran uang judi online di Indonesia sudah mencapai Rp327 triliun sepanjang 2023.
Itulah realita yang terjadi di negeri kita, kasus judi online merajalela di tengah kehidupan masyarakat. Apalagi mayoritas pelaku judi online adalah generasi muda yang notabene disematkan kepada mereka masa depan negeri ini.
Kasus tersebut menjadi perhatian bersama, baik pemerintah dan masyakarat. Judi merupakan sesuatu yang diharamkan baik dari kaca mata agama maupun hukum di negeri kita. Bahkan tak tanggung-tanggung perputaran uang dari judi online tersebut sekitar Rp327 triliun.
Saking pentingnya langkah edukasi dan preventif terkait dengan perilaku kecanduan judi online ini bagi generasi muda, Menteri dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi karena dampak dari judi online bisa melakukan tindakan kriminalitas, pencurian, perampokan, dan sebagainya, belum dampak-dampak sosial lainnya,
Menciptakan generasi yang kuat menjadi harapan bersama. Generasi yang tak berpikir instan untuk meraih sebuah kesuksesan. Namun, generasi yang bekerja dengan keras dan tulus karena kesuksesan tidak diperoleh secara instan apalagi berpangku tangan.
Terkait dengan itu, pada 2 Mei 2024, diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional menjadi momentum bagi setiap stakeholders untuk meneguhkan kembali pesan Ki Hajar Dewantara.
Ki Hajar Dewantara nama aslinya Raden Mas Soewardi Soerjaningrat yang lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Beliau merupakan salah satu sosok yang gigih memperjuangkan keseteraan pendidikan bagi rakyat Indonesia. Di tengah adanya diskriminasi ketika hanya anak-anak bangsawan saja yang bisa mengenyam pendidikan kala itu.
Perjuangan beliau dalam menyuarakan kemerdekaan dan pendidikan bagi rakyat, bersama rekan seperjuangannnya ia mendirikan organisasi Indische Partij yang menjadi tujuan untuk kemerdekaan Indonesia bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo.
Hari Pendidikan Nasional 2024 mengusung tema “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar” menjadi momentum untuk kembali menguatkan Pesan Ki Hajar Dewantara. Ada tiga hal penting pesan beliau dalam konteks kekinian yang tetap relevan untuk diperkuat di tengah berbagai permasalahan bangsa saat ini.
Pertama, Ing Ngarsa Sung Tuladha: dari depan memberikan teladan. Keteladan menjadi hal penting untuk dilakukan. Jangan sampai generasi muda saat ini, minim keteladanan. Di tengah berbagai persoalan bangsa, seperti korupsi dan kasus judi online yang akhir-akhir ini menjadi trending topic menjadi catatan tersendiri terkait dengan pentingnya keteladanan.
Mengingat pentingnya keteladanan ini, Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah mengedepankan keteladan. Sebagaimana dalam surat Al-Ahzab ayat 21; Allah SWT befirman artinya; “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
Ketika mendidik anak, orang tua atau pun guru tentunya tidak sekadar mendidik anak dengan kata-kata namun dengan aksi nyata sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif dari orang tua/guru.
Di sinilah pentingnya keteladanan dikuatkan kembali dalam berbagai lini kehidupan terutama peran keluarga dalam mempersiapkan generasi yang kuat. Tentu kita harus khawatir meninggalkan keturunan yang lemah dari segi ekonomi, keimanan, dan lainnya.
“Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati) meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata yang benar,” (An-Nisa ayat 9).
Kedua, Ing Madya Mangun Karsa: di tengah membangkitkan semangat. Saling memberikan motivasi adalah hal yang baik diperkuat kembali di tengah-tengah masyarakat.
Dilansir dari detik.com (30/4/2024) Ing artinya di tengah-tengah, mbangun berarti membangun, krasa berarti kemauan. Sehingga memiliki arti “di tengah-tengah membangun kemauan atau cita-cita.”
Ini mengandung pesan bahwa seorang pemimpin harus bisa memotivasi orang di sekitarnya, memberikan semangat, dan menciptakan suasana yang kondusif untuk produktivitas. Mereka harus mampu membangkitkan semangat orang lain dalam bekerja.
Ketiga, Tut Wuri Handayani: dari belakang memberi dorongan. Tut wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Istilah tersebut memiliki arti yakni “dari belakang memberikan dorongan moral atau semangat.”
Ini berarti seorang pemimpin juga harus mendukung dan memberi dorongan kepada orang-orang di belakangnya. Mereka harus memberikan dukungan moral dan semangat kepada rekan-rekan kerja atau bawahan mereka. Dorongan moral ini membantu memotivasi dan menginspirasi orang lain.
Termasuk dalam hal ini, menyikapi kasus anak muda yang mayoritas terjerat judi online menjadi pemikiran bersama untuk memberikan teladan, menyemangati, dan mendorong mereka untuk lebih berpikir dan bertindak positif dan produktif.
Hal itu perlu dilakukan sebagai bentuk kasih sayang terhadap masa depan anak-anak kita, karena merekalah yang nantinya menjadi tumpuan dan penerus bagi keberlangsungan bermasyarakat dan bernegara.