Ngamprah, BBPOS – Perwakilan Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APEKI) Kabupaten Bandung Barat menemui Bupati Bandung Barat, Aa Umbara Sutisna serta Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) KBB, Ida Nurhamida, terkait optimalisasi potensi ekonomi pada sektor pertanian kopi di Kabupaten Bandung Barat, Jumat (14/12/2018).
Dalam pertemuan yang digelar usai pelaksanaan shalat shubuh berjamaah tersebut, membahas beberapa hal tentang besarnya potensi ekonomi yang terdapat pada kegiatan budidaya kopi di wilayah Kabupaten Bandung Barat ini. Salah satunya adalah mampu mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui hasil penjualan komoditi kopi. Pasalnya, kopi asal Bandung Barat mampu berprestasi diajang nasional bahkan internasional.
Selain itu, dalam pertemuan tersebut tergagas sebuah wacana untuk membranding kopi asal Bandung Barat dengan sebutan “Kopi Lumpat”. Hal itu merupakan poin penting dalam pertemuan yang dihadiri oleh sebagian besar para petani kopi di Kabupaten Bandung Barat. Pasalnya, akan menambah nilai jual dan diharapkan lebih kompetitif dengan wilayah lain di Indonesia yang terlebih dahulu membranding kopinya, seperti kopi Gayo, kopi Toraja dan kopi Kintamani.
Bupati Bandung Barat, Aa Umbara Sutisna mengatakan, selama ini kopi asal Bandung Barat secara kualitas memang sudah diperhitungkan di pasar nasional dan internasional. Terbukti, kopi asal Bandung Barat mampu menyabet prestasi dalam berbagai event festival kopi baik skala nasional maupun internasional.
“Dengan brand “Kopi Lumpat” produksi kopi asal Bandung Barat akan lebih dikenal dan mempunyai pasar tersendiri bagi penikmat kopi,” katanya.
Ia menambahkan, Pemerintah Daerah (Pemda) KBB akan hadir dalam memfasilitasi petani kopi dalam segi modal dan pemasaran. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan jika sinergitas antara petani kopi dan Pemda berjalan dengan baik, pihaknya akan membuat sebuah perusahaan kopi yang mengakomodir hasil pertanian kopi dari petani Bandung Barat. Lebih jauh dari itu, kata Aa Umbara, selain menambah PAD, juga akan membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Jika kopi lumpat sudah terwujud, kita akan membuat Perusahaan Daerah yang akan dikelola oleh pakar kopi Bandung Barat yang seyogyanya akan memberikan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat,” katanya.
Sementara itu, Ketua APEKI Kabupaten Bandung Barat, Kurnia Danumiharja, menyambut baik peran aktif Pemda Bandung Barat dalam keikutsertaannya mendukung potensi ekonomi pada komoditas kopi. Betapa tidak, keinginan untuk membesarkan kopi asal Bandung Barat tersebut sudah terbesit sejak tiga tahun lalu.
“Kami akan berkonsolidasi dengan para petani kopi tentang gagasan besar ini yang sebenarnya sudah ada sejak 3 tahun lalu, namun baru kali terwujud,” ujarnya sumringah.
Kurnia menjelaskan, dirinya optimis setiap musim panen tiba, para petani kopi di wilayah kabupaten Bandung Barat mampu menghasilkan kopi sebanyak 350 ton kopi green been. Namun demikian, selama ini para produsen kopi terbentur dari masalah permodalan. Oleh karena itu, keikutsertaan Pemda Bandung Barat akan menjadi penyemangat baru bagi 1700 petani kopi saat ini.
“Dengan tergagasnya brand “Kopi Lumpat” ini, kami optimis akan mampu bersaing dengan wilayah lain, dan kami siap tergabung dalam satu brand yaitu kopi lumpat asal Bandung Barat,” pungkasnya. ADV