• Login
  • Register
Bandung Barat Pos
  • Info KBB
  • Sosial
  • Politik
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Opini
  • Hukum & Kriminal
  • Nasional
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Seputar Desa
No Result
View All Result
  • Info KBB
  • Sosial
  • Politik
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Opini
  • Hukum & Kriminal
  • Nasional
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Seputar Desa
No Result
View All Result
Tulis
Bandung Barat Pos
No Result
View All Result
  • Info KBB
  • Sosial
  • Politik
  • Ekonomi
  • Pendidikan
  • Opini
  • Hukum & Kriminal
  • Nasional
  • Pariwisata
  • Olahraga
  • Seputar Desa

Kisah Sumarni Tinggalkan Kampung Halaman Mengadu Nasib di Pangandaran

by Hendra Hidayat
5 Juli 2019
in Ekonomi, Sosial
Reading Time: 2 mins read
0
Kisah Sumarni Tinggalkan Kampung Halaman Mengadu Nasib di Pangandaran
0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on Whatsapp

Pangandaran, BBPOS – Sejak memutuskan untuk mengadu nasib ke Pangandaran sejak 1985 lalu, Sumarni (61) telah merasakan pahit dan manisnya kehidupan bersama sang suami dan keempat anaknya.

Berbagai profesi pun ia jalani dari mulai menjadi buruh harian lepas, menjadi pembantu rumah tangga, hingga akhirnya berdagang kopi dan makanan ringan di bibir laut Pangandaran sampai saat ini.

Meningalkan kampung halaman di Cilacap Jawa Tengah, memang bukan keputusan yang mudah. Dirinya harus berspekulasi bahwa hidupnya akan lebih baik jauh dari tempat kelahirannya.

Sumarni mengisahkan awal mula ia memutuskan untuk mencari nafkah di tempat wisata favorit di Jawa Barat tersebut. Ketika anaknya masih balita dia bersama sang suami meyakini bahwa meninggalkan kampung halaman adalah keputusan yang tepat.

“Saya bawa anak-anak saya ketika masih kecil-kecil,” ujarnya seraya melayani pembeli, di Pengandaran belum lama ini.

Sumarni mengaku, di awal kedatangannya ke Pangandaran sempat kebingungan mau berbuat apa. Suaminya hanya berpengalaman sebagai buruh bangunan saja.

“Suami sempat pergi ke Lampung selama tiga tahun, bekerja disanaa. Saya bersama anak-anak di sini (Pangandaran),” katanya.

Sumarni menjelaskan, berbagai upaya ia lakukan termasuk berdagang apa saja yang bisa dijual. Bertapa tidak, selain harus memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, keempat anaknya pun harus mengenyam pendidikan yang layak.

“Dulu saya berpikir bagaimana anak anak saya sekolah tinggi, jangan seperti saya,” ucapnya.

Dia mengaku, dalam sehari ia mampu mendapatkan uang Rp100-150 ribu dari hasil berjualan kopi seduh dan makanan ringan. Dari hasil berjualannya tersebut, Sumarni bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan menyekolahkan anaknya.

“Alhamdulillah sekarang anak saya udah pada besar, lulus sekolah bahkan ada yang sudah menikah,”ujarnya.

Ia bersyukur, dengan usaha dan kerja keras yang dijalani membuahkan hasil sesuai dengan harapan. Keempat anaknya tuntas menyelesaikan sekolah dan sudah memiliki keluarga masing-masing.

“Alhamdulilah bisa cari rejeki disini (Pangandaran),”pungkasnya.(Dra)

Tags: Kisah sumarniMengadu nasibPangandaranPenjual kopi
Previous Post

Pither: Negosiasi Pemerintah Bersama KCIC Harus Libatkan DPRD KBB

Next Post

Lemang, Santapan Nikmat Berbahan Ketan dan Santan

Hendra Hidayat

Next Post
Lemang, Santapan Nikmat Berbahan Ketan dan Santan

Lemang, Santapan Nikmat Berbahan Ketan dan Santan

Please login to join discussion
Facebook Twitter Instagram Youtube

© PT. Bandung Barat Media | Bandung Barat Pos

No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami

© PT. Bandung Barat Media | Bandung Barat Pos

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In