BATUJAJAR, BBPOS,- Angka kasus HIV/AIDS yang kini mencapai belasan ribu di Bandung menjadi sorotan sejumlah pihak. Sebab, sebagian pengidap HIV/AIDS tersebut masih berstatus sebagai mahasiswa.
Guna menyikapi persoalan tersebut, perhatian dan pengawasan terhadap kasus HIV/AIDS ini tidak hanya dilakukan pada mereka yang sudah berusia remaja atau dewasa. Namun, bisa dilakukan sejak dini.
Menyikapi hal tersebut, Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono mengatakan, wanita hamil pun harus menjalani tes HIV/AIDS tersebut.
Dengan adanya tes HIV/AIDS bagi wanita hamil, jelas dia, diharapkan bisa mendeteksi potensi penularan dari ibu ke bayi sejak dini.
“Semua ibu hamil harus diperiksa HIV/AIDS nya karena hal itu bisa menularkan pada anak sehingga pemeriksaan pada ibu hamil ini akan membuat surveillance (pengawasan) lebih baik,” katanya saat ditemui di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat (KBB) Rabu (31/8/2022).
Ia mengungkapkan, bayi harus dilindungi, oleh karenanya pihaknya meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) KBB serta fasilitas kesehatan di wilayah untuk mensosialisasikan sekaligus memasifkan pemeriksaan HIV pada wanita hamil agar tidak mewarisi masalah buat anak-anak masa depan bangsa.
“Kami minta semua pihak surveillance dengan baik, dan langkah pertama pada populasi. Maka dari itu, Faskes-faskes di wilayah harus intens memeriksa wanita hamil,” jelasnya.
Ia menyebut, pemerintah sendiri telah mewajibkan pemeriksaan HIV pada wanita hamil sejak 2013. Kegiatan tersebut menjadi bagian program Layanan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA).
Selain itu, sambung dia, pihaknya juga meminta peran Dinkes KBB untuk mendorong aksi pencegahan melalui sosialisasi. Sebab. selain pelaku seks bebas, pengguna penyalahgunaan narkotik dan obat-obatan terlarang merupakan kelompok yang rentan penularan HIV.
“Kemudian pada populasi kunci yaitu pasangannya. Pasangannya itu harus dilakukan pemeriksaan juga. Jadi saya berharap unsur terkait dapat mensosialisasikan pencegahan penyebaran HIV/AIDS,” tegasnya.
Guna menekan jumlah penderita Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) karena HIV, sebut dia, pemerintah terus mengampanyekan bahaya perilaku seks bebas dan konsumsi narkoba.
Kendati demikian, bagi yang sudah terpapar virus HIV, pemerintah telah memiliki program pemberian obat antiretroviral (ARV) untuk menekan jumlah virus dan meningkatkan imunitas pasien.
“Ini langkah-langkah yang kita lakukan secara resmi dan secara institusional dari Kementrian Kesehatan,” tandasnya.