HENGKY KURNIAWAN saat ini tampak nyaman dengan memposisikan dirinya sebagai korban dan memposisikan pihak lain adalah tokoh antagonis.
Playing Victim dalam hal ini adalah menempatkan diri sebagai korban untuk mendapatkan simpati, rasa kasihan dari orang lain.
Mungkin Hengky Kurniawan lupa jika saat ini dia tidak lagi berprofesi sebagai aktor melainkan telah menjadi Wakil Bupati Bandung Barat yang seharusnya bisa menjadi contoh dan panutan bagi masyarakat.
Jika terus-menerus melakukan peran sebagai korban saya khawatir bukan simpati masyarakat yang dia dapat malah memperlihatkan kepribadian yang lemah atau kepribadian yang egois dan pendendam karena selalu merasa diperlakukan tidak adil.
Hengky Kurniawan selalu mengeluarkan statement jika dirinya berada dalam posisi diperlakukan tidak adil mulai dari teguranya kepada salah satu Dinas karena sudah tidak merespon dengan baik sampai yang terbaru gagalnya bagi-bagi kuota gratis ke sekolah dengan alasan ada tekanan oleh oknum kepada kepala sekolah sehingga ada penolakan untuk dirinya hadir.
Kalau benar ada yang menghalangi, sebagai Wabup langsung saja sebut siapa oknum tersebut agar masyarakat yang menilai kalau benar niat baik dihalangi tentu kita perlu mengutuk keras tindakan oknum-oknum yang seperti ini.
Masyarakat akan jelas menunjuk pihak yang menghalangi ialah Bupati, maka sangat penting bagi Wabup untuk memperjelas siapa oknum tersebut agar tidak ada pihak yang merasa tertuduh.
Namun bila Hengky tidak berani menyampaikan oknum yang dimaksud, maka cap sebagai Wabup Playing Victim atau bahkan tengah memainkan strategi kampanye firehouse of falsehood atau gudang kebohongan yang diterapkan oleh Donald Trump di AS yakni dengan menyiarkan pesan dalam jumlah besar secara cepat, berulang-ulang, dan tanpa henti di berbagai media tanpa mempedulikan kebenaran atau kepastiannya.
Masyarakat akan jelas menunjuk pihak yang menghalangi ialah Bupati, maka sangat penting bagi Wabup untuk memperjelas siapa oknum tersebut agar tidak ada pihak yang merasa tertuduh.