BEBERAPA pekan lalu, penulis mengikuti berbagai kegiatan tentang revitalisasi DAS Citarum yang diselenggarakan oleh IKIP Siliwangi Bandung, Satgas 9 Citarum Harum, dan pegiat lingkungan yang tergabung diberbagai komunitas seperti Bening Saguling Foundation.
Kegiatan yang tidak sekadar seremonial, namun dibuktikan dengan aksi nyata dalam membangun kesadaran kolektif dan edukasi mengenai kepedulian terhadap lingkungan dalam hal ini daerah aliran sungai Citarum.
Sebagai bagian dari masyarakat yang berada di daerah aliran sungai Saguling, saya merasakan bagaimana kondisi air saguling waktu masih kecil dibandingkan dengan kondisi sekarang.
Saguling bagi penulis juga teman seusia pada saat itu, merupakan tempat yang dirindukan ketika selesai sekolah. Kami menghabiskan waktu dengan berenang, memancing, dan aktivitas lainnya bahkan sebagian masyarakat menjadikan air saguling untuk keperluan rumah tangga.
Kira-kira tahun 1990-an air saguling dekat rumah kondisinya jernih. Hal itulah yang membuat saya rindu ketika masih remaja. Saguling adalah bagian dari masa lalu yang tak terlupakan. Namun sekarang, air saguling tidak jernih seperti dulu, bahkan saya jarang melihat anak-anak remaja menghabiskan waktu di Saguling untuk sekadar berenang.
Memperhatikan kondisi Saguling, penulis tertarik dengan sosok anak muda yang konsen di bidang pelestarian lingkungan dengan merintis sebuah lembaga. Literasi tentang Saung Eceng, saya dapatkan dari berbagai sumber di antaranya di media massa.
Sosok Indra Darmawan pernah muncul di TV sebagai salah satu pahlawan yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan sampah dan pemanfaatan eceng gondok menjadi karya kreatif yang menarik.
Tepatnya di Kp. Babakan Cianjur, Desa Cihampelas, Kecamatan Cihampelas, Kab. Bandung Barat, saung eceng itu berada di bawah Yayasan Bening Saguling Foundation. Bersama rekan-rekannya, Indra merintis berbagai kegiatan yang edukatif dan menarik yang pada intinya membangun mainset tentang pentingnya menjaga Citarum.
Kondisi DAS Citarum saat ini menjadi refleksi bagi stakeholders tentang sejauhmana kita dapat berbuat baik terhadap lingkungan. Kondisi air yang sudah tidak sehat karena berbagai faktor seperti limbah dan sampah menjadi kekhawatiran bagi kita sebagai masyarakat.
Langkah positif dari berbagai kalangan seperti pemerintah, TNI, lembaga swasta, masyarakat, dan unsur lainnya dalam mengatasi hal tersebut patut kita dukung demi keberlangsungan DAS Citarum yang bersih.
Menumbuhkan Generasi Milenial Cinta Citarum
Beberapa kegiatan yang saya ikuti khususnya yang digagas oleh IKIP Siliwangi, Satgas Citarum Harum, dan Saung Eceng melibatkan berbagai komponen salah satunya para pelajar dari tingkat PAUD, SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.
Para mahasiswa dan Satgas Citarum mengadakan kegiatan-kegiatan ke sekolah/madrasah berupa edukasi pengelolaan sampah kepada para pelajar, penanaman pohon, serta perlombaan bertemakan tentang lingkungan.
Sejatinya ada pendidikan karakter yang dibangun dari kegiatan tersebut. Karakter kepedulian dan tanggungjawab tentang kelestarian alam secara gradual mulai pudar, kita tentu pernah melihat ada orang yang membuang botol minuman dari pengendara/penumpang mobil ke jalan, membuang sampah di pinggir jalan, limbah pabrik, dan lain sebagainya.
Bahkan penulis pernah membaca spanduk-spanduk terkait dengan larangan membuang sampah di tempat tersebut. dari bahasa yang lembut sampai “kasar”. Hal itu menunjukkan harapan agar terwujudnya kesadaran kolektif terkait dengan pentingnya menjaga lingkungan.
Generasi milenial menjadi tumpuan bagi keberlangsungan kelestarian Citarum, berbagai kegiatan dengan melibatkan mereka merupakan langkah strategis untuk menyiapkan masyarakat peduli lingkungan ke depannya. Bahkan jika ditekuni, kita dapat berwirausaha melalui pengelolaan sampah, pengelolaan eceng gondok, dan lain sebagainya. Semoga.
Hal itu sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003 yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.